Perbedaan bukan Halangan (cerpen)

6a014e8ad8fe26970d01910373a83c970c-320wi

Saat sebuah rasa terlarang itu hadir?

Apa yang harus ku lakukan?

Haruskah bertahan?

Atau menyerah?

Mario mengetuk-ngetukan ujung sepatunya pada lantai didepan sebuah kelas, ia sudah bosan menunggu. Seharusnya sejak 30 menit yang lalu, ia menemukan sosok yang dicarinya, namun sampai saat ini juga ia bahkan tak melihat ujung hidungnya pun. Atau dia salah kelas? Ah tidak,Mario sudah sering melihat sosok yang dicarinya keluar dari ruangan itu. Penasaran, ia mengintip ke dalam ruangan itu, matanya menyusuri satu demi satu orang yang berada dalam ruangan itu, dan nihil. Tak ada sosok yang dicarinya. Mungkin ia tak masuk hari ini, pikir Mario. Ia berlalu dari kelas itu dan memutuskan untuk menjumpainya esok hari, namun langkahnya terhenti saat melihat sosok yang dicarinya sedang duduk manis ditemani sebuah buku dibawah sebuah pohon yang rindang

Mario berjalan mendekati sasarannya. Alyssa-si sasaran- mendengar derap langkah seseorang, menyadari seseorang tengah menuju tempatnya, ia berniat menjauh dari tempat itu, terlebih yang menuju tempatnya seorang lelaki, lawan jenisnya.

“eh tunggu” Mario berusaha menghentikan langkah Alyssa, namun Alyssa bergeming,

“Hey Alyssa” ucap Mario dengan canggung “Aku cuman mau mengembalikan ini” lanjutnya.

Alyssa membalik, ia melihat seorang lelaki yang tak dikenalnya itu memegang sebuah benda yang sejak kemarin dicarinya. Dompet miliknya. Melihat itu, Alyssa putuskan mendekat.

“Ini milikmu bukan? Silahkan cek,, aku tidak mengambil apapun ko” Tanya Mario basa-basi, sambil menyerahkan barang yang bukan miliknya itu

“Iya,terimakasih. dimana kamu menemukannya?”

“Kemarin saat tak sengaja lewat, aku menemukannya didepan perpustakaan, aku berniat mengembalikaannya tadi, aku menunggumu didepan kelasmu, tapi kamu tak muncul juga, akhirnya saat aku menyerah, aku menemukanmu disini” jawabnya panjang lebar, sedikit curhat.

“Oh begitu. Terimakasih ya….”

“Mario” lanjut Mario tegas

“Mario” ulang Alyssa “Kalau begitu aku pulang dulu ya Mario”

“hmm Alyssa”

“ya?”

“Tidak berniat memberiku imbalan?”

“uang maksudmu?”

“Oh bukan”

“Lalu?”

“Mungkin makan siang”

Ah kalau saja Mario tidak berjasa menemukan dompetnya, malas saja bagi Alyssa menemani Mario makan siang hari ini, hitung-hitung balas budi, Alyssa terpaksa harus menerima permintaan Mario.tapi sungguh Alyssa malah menikmati makan siang hari ini, Mario jauh dari bayangan Alyssa, awalnya ia pikir Mario seorang lelaki arogan, tak jauh beda dengan lelaki lainnya dikampus ini namun fikirannya salah, Mario orang yang sangat humoris, dan Alyssa tak henti-hentinya tertawa dengan kelakuan Mario siang itu.

Hari itu adalah awal pertemuan seorang Alyssa dan Mario yang memang telah dituliskan Allah, bukan. Ini sama sekali bukan kebetulan yang selalu orang bilang saat pertemuan pertama, ini adalah sebuah takdir. Dan siapa menyangka, pertemuan itu adalah awal dari sebuah perjalanan mereka untuk bersatu.

Hari-hari selanjutnya, setelah pertemuan itu, Mario dan Alyssa semakin dekat dengan tidak melupakan jarak, bagaimana pun mereka bukan mukhrim, tak pantas pabila terlalu dekat. Alyssa yang seorang muslimah pasti menyadari hal itu. Tapi sungguh Alyssa merasa nyaman setiap berada didekat Mario, Mario selalu membuatnya terlindungi, dan semenjak mereka dekat Mario mampu membuat hari-hari Alyssa lebih berwarna, ia telah merubahnya. Merubah hidup Alyssa. Begitu pun Mario, ia merasa Alyssa telah merubah hidupnya, Alyssa mampu membuatnya bersemangat, dan selalu mampu membuatnya tersenyum.

Ada perasaan aneh dibagian organ paling krusial milik Alyssa dan Mario,hati. ,jantung mereka selalu berdegup kencang, dan mereka selalu salah tingkah disetiap keduanya dekat. Perasaan apa ini? Apakah keduanya? Ya,keduanya saling jatuh cinta. Pertemuan itu menuntun keduanya pada sebuah pelabuhan rasa yang sangat indah. Jatuh cinta.

“Alyssa..” panggil Mario

“Ya Mario?”

“Akhir-akhir ini kamu telah merubah hidupku, kamu selalu mebuatku bahagia. Dan aku ingin aku bahagia denganmu selamanya”

“Maksudmu?” Tanya Alyssa

“Alyssa, will you marry me?” Tanya Mario mantap

Alyssa mengalihkan pandangannya, ia tak mampu menatap Mario, ia memang sangat ingin berkata ‘yes,i will’ tapi ia menyadari, Ia dan lelaki dihadapannya itu tak mungkin bersatu, ada benteng yang sangat besar yang menghalangi keduanya. Keyakinan.

“Maaf Mario aku tak bisa” akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulutnya

“Tapi kenapa? Bukankah kamu juga mencintaiku?”

“Kita beda Mario, kita beda” jawab Alyssa, Kristal bening yang sedari tadi dibendungnya jebol, ia menangis.

“Aku seorang muslim, kamu kristiani” lanjutnya. Mario berusaha menghapus air mata Alyssa, namun Alyssa menepisnya, ini pertama kalinya Mario akan menyentuhnya, dan Alyssa tentu saja menolaknya. Ia tak boleh disentuh oleh seorang lawan jenis.

“lalu apa masalahnya?” Tanya Mario

“kamu bilang apa masalahnya? Hah? Kita beda Mario kita beda”

“Lalu apakah karna aku membawa salib dan kamu membawa tasbih aku dilarang mencintaimu? Apakah karena aku membaca al-kitab dan kamu mengaji al-qur’an kamu dilarang mencintaiku? Apakah karena aku masuk gereja kamu masuk masjid kita dilarang bersatu?”

“Tentu saja Mario, itu semua dilarang!”

“Tapi Alyssa sungguh aku mencintaimu, aku akan melakukan apapun demi kamu”

Keduanya terdiam, sibuk dengan fikirannya masing-masing, Alyssa tak henti-hentinya menangis. Ia tak mampu berada diposisinya saat ini, detik selanjutnya Alyssa berlari meniggalkan Mario.

“Alyysa!!”

“Kembalilah kepadaku, jika kau telah bisa menjadi imam yang baik untuku” teriak Alyssa.

Satu tahu berlalu.

Sejak pertemuan itu, Alyssa dan Mario tak pernah lagi bertemu, keduanya menjauh.sebenarnya Alyssa rindu ingin bertemu Mario, namun ini telah menjadi keputusannya, demi menjadi muslimah yang taat ia rela meninggalkan lelaki yang dicintainya.tapi satu tahun ini belum bisa merubahnya, belum ada yang bisa menggantikan posisi Mario dihatinya. Bayangan Mario selalu muncul mengganggunya.

Disetiap sholat malamnya Alyssa selalu berdo’a agar Mario ditunjukan ke jalan yang benar, Alyssa selalu berharap Mario kembali padanya, namun sebagai manusia, Alyssa hanya mampu berdo’a,dan berharap, semuanya sudah takdir dari Allah, dan ia harus menerimanya.

Suatu sore, Alyssa sedang sibuk dengan tugas kuliahnya, tiba-tiba Umi mengabari bahwa ada tamu untuknya. Dengan malas Alyssa langkahkan kakinya ke ruang tamu, dan betapa terkejutnya Alyssa saat melihat seorang lelaki jangkung dengan kopiah hitam sedang berbincang serius dengan Abinya. Dia Mario.

“Mario”

Merasa terpanggil, lelaki yang sedang serius berbincang itu mengalihkan pandangan pada Alyssa, dengan senyum lebar ia mendekati Alyssa.

“Mulai sekarang panggil aku Fikri” ucap lelaki itu

“Fikri?” Ulang Alyssa dengan tak yakin

“Ya,Fikri. Alyssa kini sudah taka da perbedaan, aku sudah memegang tasbih dan Alhamdulillah mulai bisa mengaji, aku telah meninggalkan gereja dan mulai memasuki masjid” ucapnya mantap

Mario ternyata mampu memenuhi permintaan Alyssa agar berusaha menjadi imam yang baik untuknya, satu tahun itu dengan diawali mebaca dua kalimat syahadat, Mario mempelajari ajaran-ajaran agama islam, sedkit demi sedikit ia belajar melaksanakannya, hingga saat ia yakin sudah cukup, kini ia kembali pada Alyssa untuk memenuhi permintaannya.

“Abi” Mario, oh bukan, maksudku Fikri memandang Ayah Alyssa “Apakah saya boleh menikahi putri Abi?” lanjutnya

“Alyssa, Abi telah mengetesnya mengaji, dia juga hafal asmaul husna, dia lancer menjawab kandungan al-qur’an,ia juga hafal nama-nama nabi, dan Abi yakin ia mampu menjalankan sunah-sunah rosul, ia mampu menjadi Imamu” jelas Abi panjang lebar.

“Iya Abi, Alyssa mau” jawab Alyssa yakin, tak ada lagi keraguan dihatinya, karena tak kini ada lagi benteng yang menghalangi cinta mereka. Mereka tak lagi bereda, kini keduanya satu keyakinan.

Satu bulan kemudian Mario yang berganti nama menjadi Fikri dan Alyssa menyatukan cinta mereka dengan janji suci sebuah pernikahan, pernikahan yang pertama dan mereka berharap terakhir.

Alyssa sangat bahagia dapat menyatukan janji suci dengan Fikri yang sama sekali tak terfikir olehnya mau merubah keyakinannya. Begitu pun Mario atau Fikri, Ia sangat bahagia dipertemukan dengan seorang Alyssa, sosok yang mampu membawanya pada jalan yang benar, setelah ia berganti keyakinan Fikri yakin Islam adalah agama yang terbaik, usahanya untuk menjalankan ajaran-ajaran islam tak lagi hanya untuk memenuhi permintaan Alyssa, tapi juga untuk menjadi pribadi yang Soleh yang taat pada Tuhannya. Terimakasih Ya Allah telah mempertemukanku dengan Alyssa. Ucapnya dalam hati

Tinggalkan komentar